Minggu, 29 Maret 2015

Tugas Akuntansi Internasional

PERENCANAAN DAN KENDALI MANAJEMEN

PEMBUATAN MODEL USAHA
Penentuan model usaha merupakan gambaran besar, dan terdiri dari formulasi, pelaksanaan dan evaluasi rencana bisnis jangka panjang suatu perusahaan. Hal ini mencakup empat dimensi utama :
1. Mengidentifikasikan faktor-faktor utama yang relevan terhadap kemajuan perusahaan dimasa depan
2.  Merumuskan teknik yang memadai untuk meramalkan perkembangan masa depan dan menganalisis kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri atau memanfaatkan perkembangan tersebut
3.      Mengembangkan sumber-sumber data untuk mendukung pilihan-pilihan strategis
4.   Mentranslasikan pilihan-pilihan tertentu menjadi serangkaian tindakan yang spesifik.


ALAT PERENCANAAN
            Suatu sistem dapat diterapkan untuk mengumpulkan informasi atas pesaing dan kondisi pasar. Baik pesaing dan kondisi pasar dianalisis untuk melihat pengaruh keduanya terhadap kedudukan persaingan dan tingkat keuntungan perusahaan  untuk mengenali dan mendayagunakan produk baru dan kesempatan pasar.
          Salah satu alat tersebut adalah analisis WOTS-UP.  Analisis ini menyangkut kekuatan dan kelemahan perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan operasi perusahaan. Teknik ini membantu manajemen dalam menghasilkan serangkaian strategi  yang dapat dijalankan.
       Alat keputusan yang saat ini digunakan dalam sistem perencanaan strategi seluruhnya bergantung pada kualitas informasi tentang lingkungan internal dan eksternal suatu perusahaan.

PENGANGGARAN MODAL
            Keputusan untuk melakukan investasi luar negeri merupakan elemen yang sangat penting dalam strategi global sebuah perusahaan multinasional. Investasi asing langsung umumnya melibatkan sejumlah besar modal dan prospek yang tidak pasti. Risiko investasi diikuti oleh lingkungan yang asing, rumit dan senantiasa berubah. Perencanaan formal merupakan suatu keharusan dan umumnya dilakukan dalam suatu kerangka penganggaran modal yang membandingkan manfaat dan biaya investasi yang diusulkan, analisis anggaran modal membantu untuk memastikan bahwa rencana strategis layak didanai dan menguntungkan.
            Terdapat beberapa prosedur untuk menentukan struktur modal yang optimum dari suatu perusahaan, mengukur biaya modal suatu perusahaan, dan mengevaluasi alternatif  investasi berdasarkan kondisi ketidakpastian.
Adaptasi (penyesuaian) oleh perusahaan multinasional atas model perencanaan investasi tradisional telah dilakukan dalam tiga bidang pengukuran; (1) menentukan  pengembalian yang relevan untuk investasi multinasional, (2) mengukur ekspektasi arus kas, dan (3) menghitung biaya modal perusahaan multinasional.

SUDUT PANDANG HASIL KEUANGAN
Manjer keuangan internasional mengevaluasi ekspektasi tingkat pengembalian investasi dari sudut pandang proyek luar negeri atau dari sudut pandang induk perusahaan,  Pengembalian dari dua sudut pandang ini dapat berbeda  secara signifikan karena beberapa hal seperti :
1.                      1.     Pembatasan oleh pemerintah atas repatriasi laba dan modal.
2.     Biaya izin, royalti dan pembayaran lain yang merupakan  laba bagi induk perusahaan namun merupakan beban bagi anak perusahaan.
3.     Perbedaan laju inflasi nasional.
4.     Perubahan kurs valuta asing.
5.     Perbedaan pajak.

            Jika suatu investasi asing tidak menjanjikan pengembalian yang telah disesuaikan risiko yang nilainya lebih tinggi dari pengembalian yang diperoleh dari pesaing lokal, maka pemegang saham induk perusahaan akan lebih baik untuk berinvestasi langsung di perusahaan lokal.

MENGUKUR EKSPEKTASI PENGEMBALIAN
            Mengukur ekspektasi arus kas suatu investasi asing merupakan hal yang menantang. Misalkan untuk keperluan diskusi semata, unit operasi manufaktur Daimler-Chrysler di AS sedang mempertimbangkan untuk membeli 100 kepemilikan fasilitas manufaktur di Rusia. Induk Perusahaan AS akan mendanai setengah dari investasi tersebut dalam bentuk uang tunai dan peralatan, sisanya akan di danai oleh pinjaman bank lokal dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Fasilitas Rusia tersebut akan mengimpor setengah dari bahan mentah dan komponennya dari induk perusahaan AS dan akan mengekspor setengah dari hasil produksinya ke Hungaria. Untuk mengembalikan dana kepada Induk perusahaan, fasilitas Rusia akan membayar lisensi, royalty untuk penggunaan paten induk perusahaan, dan imbalan jasa teknis untuk jasa manajemen yang diterima. Laba dari fasilitas Rusia akan dikirimkan kepada induk perusahaan sebagai deviden.

BIAYA MODAL MULTINASIONAL
            Teori penganggaran modal secara khusus menggunakan biaya modal perusahaan sebagai tingkat diskontonya, dengan demikian suatu proyek harus menghasilkan pengembalian yang setidaknya sama dengan biaya modal perusahaan agar dapat diterima. Tingkat patokan (hurdle rate) ini berkaitan dengan proporsi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan perusahaan sebagai berikut :
Ka : rata-rata tertimbang biaya modal (setelah pajak)
Ke : biaya ekuitas                                 D   : nilai utang perusahaan
Ki  : biaya utang sebelum pajak           S    : nilai struktur modal perusahaan (E+D)
E    : nilai ekuitas perusahaan               T    : tarif pajak marginal
           
Biaya modal ekuitas dapat dihitung dengan beberapa cara. Satu metode yang populer menggabungkan ekspektasi pengembalian dividen dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan deviden. Dengan mengasumsikan D1 = ekspektasi dividen per lembar saham pada akhir periode . Po = harga pasar kini saham pada awal periode dan g = ekspektasi tingkat pertumbuhan dalam dividen, biaya ekuitas, ke hitung sebagai berikut ke = D1/Po + g.

SISTEM  INFORMASI MANAJEMEN
         Penyusunan sistem informasi seluruh dunia milik suatu perusahaan merupakan hal krusial dalam mendukung strategu perusahaan.
Isu Yang Berkaitan Dengan Sistem
           Jarak merupakan kerumitan yang jelas terlihat. Disebabkan oleh keadaan geografi, komunikasi informasi secara formal umumnya menggantikan kontak pribadi antara manajer operasi lokal dengan manajemen kantor pusat.
       Contoh yang lain, kebutuhan informasi para perencana keuangan regional atau perusahaan berupa baik data operasi maupun lingkungan. Informasi yang dibtuhkan dari akuntan manajemen di lapangan bergantung pada seberapa banyak kekuasaan pengambilan keputusan yang dimiliki oleh para manajer lokal. Semakin besar kekuasaan manajer lokal, semakin sedikit informasi yang disampaikan kepada kantor pust.
        Vikram Sethi dan Josep Kath menyebutkan tiga strategi teknologi informasi global, yang masing-masing berhubungan dengan jenis organisasi multinasional tertentu. Keberhasilan yang dicapai bergantung pada kesesuaian rancangan sistem dengan strategi perusahaan.
Ø  Penyebaran rendah dengan sentralisasi yang tinggi
Ø  Penyebaran tinggi dengan   sentralisasi yang rendah
Ø  Penyebaran yang tinggi dengan sentralisasi yang tinggi.
    Mungkin tantangan terbesar yang dihadapi oleh spesialis sistem adalah merancang sistem informasi perusahaan yang memungkinkan para manajer keuangan untuk memberikan respon yang tepat terhadap fenomena kompetisi global.
        CEO memerlukan sistem informasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan perencanaan, koordinasi, dan pengendalian secara efektif terhadap strategi produksi, pemasaran, dan keuangan diseluruh dunia.
Masalah Informasi
      Akuntansi manajemen mempersiapkan sejumlah informasi untuk manajemen perusahaan, mulai dari pengumpulan data hingga laporan likuiditas dan ramalan operasional berupa berbagai jenis pengeluaran beban. Untuk setiap kelompok data yang di sampaikan, manajemen perusahaan harus menentukan periode waktu yang relevan untuk laporan, tingkat akurasi yang diperlukan, frekeunsi pelaporan dan biaya serta manfaat penyusunan dan penyampaian tepat waktu.
    Para manajer dilingkungan yang berbeda memiliki perbedaan cara untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah, kerangka waktu keputusan dan bersaing dalam kondisi operasi yang berbeda. Kebutuhan informasi yang berbeda merupakan sebuah konsekuensi langsung. Dengan demikian, timbul suatu masalah yang mendasar bagi perusahaan multinasional. Manajer lokal mungkin memerlukan informasi keputusan yang berbeda dari manajemen kantor pusat.


INFORMASI MANAJEMEN DAN HIPERINFLASI
        FAS No.52  mewajibkan penggunaan metode translasi temporal, ketika melakukan translasi akun-akun perusahaan afiliasi luar negeri yang berada dalam lingkungan berinflasi tinggi. Dalam lingkungan inflasi tinggi, laporan keuangan yang disusun FAS 52 cenderung menimbulkan distorsi realitas melalui :
Ø  Meniali lebih atau menilai kurang pendapatan dan beban
Ø  Melaporkan keuntungan atau translasi yang besar yang sulit untuk diinterpretasikan
Ø  Mendistorsikan perbandingan kinerja antarwaktu
         Kerangka dasar pelaporan yang dibuat penulis dapat mengatasi keterbatasan ini di dasarkan pada asumsi sebagai berikut :
1)   Tujuan manajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan berada dalam asumsi bahwa suatu mata uang dapat mempertahankan nilainya (yaitu mata uang kertas).
2)  Model ini secara implisit juga mengasumsikan bahwa laju inflasi, kurs dan suku bunga berhubungan (asumsi ini tidak terlalu penting dalam usaha ini).

         Suatu kebiasaan pelaporan yang umum dalam akuntansi untuk transaksi mata uang asing adalah dengan mencatat pendapatan dan beban berdasarkan kurs yang terjadi pada tanggal laporan keuangan. Pilihan yang lebih baik adalah dengan mencatat transaksi dalam mata uang lokal berdasarkan kurs pada tanggal pembayaran.
     Dalam sebuah pasar persaingan sempurna, seluruh transaksi dalam mata uang lokal akan dilakukan secara tunai. Dengan adanya inflasi, timbul keuntungan bagi para pembeli untuk menunda pembayaran selama mungkin dan bagi para penjual untuk mempercepat pengumpulan uang.
Pendapatan Penjualan
        Misalkan perusahaan tersebut melakukan penjualan barang dagang senilai TL 2000000 pada bulan 1, dengan berbagai tanggal faktur dan termin pembayaran. Misalkan laporan keuangan disusun setiap bulan, praktik yang konvensional adalah mencatat transaksi penjualan berdasarkan kurs akhir bulan, dan bukan kapan penjualan difaktukan atau kapan pembayaran diterima. Penjualan yang dilaporkan dengan menggunakan kurs akhir bulan adalah TL 2000.0000 /130 =$15.385
Pertama-tama, asumsikan bahwa penjualan difakturkan pada hari 1 bulan 1, dengan pembayaran yang diterima segera dalam bentuk tunai = TL 2.000.000/TL 100=$20.000. perlakuan konvensional mengukur transaksi pada akhir bulan dan bukan pada saat kas diterima, tetapi dasar ekonomi transaksi tersebut adalah kas yang diterima secara aktual pada tanggal faktur.
ISU-ISU DALAM PENGENDALIAN KEUANGAN
Sistem pengendalian manajemen bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang paling efektif dan efisisen. Sebaliknya sistem pengendalian keuangan merupakan sistem pengukuran kuantitatif dan  komunikasi yang memfasilitasi pengendalian melalui;
1.     Komunikasi tujuan-tujuan keuangan secara tepat di dalam organisasi
2.     Memperinci kriteria dan standar dalam evaluasi kinerja
3.     Mengawasi kinerja, dan
4.     Mengkomunikasikan penyimpangan antara kinerja aktual dan rencana kepada pihak-pihak yang bertanggung  jawab.
Sistem pengendalian keuangan yang kuat memungkinkan manajemen puncak untuk memusatkan perhatian pada kegiatan anak perusahaan anak yang mengarah pada tujuan-tujuan umum. Sistem pengendalian terdiri dari kebijakan operasional dan keuangan, struktur pelaporan internal, anggaran operasi dan panduan prosedur yang konsisten dengan tujuan manajemen puncak. Sistem pelaporan tepat waktu yang secara konstan mengawasi masing-masng unit merupakan motivator yang kuat. Sistem pengendalian yang efisien juga memungkinkan manajemen kantor pusat untuk mengevaluasi rencana strategi perusahaan dan merevisinya bila diperlukan.
Sistem Pengendalian Domestik Versus Multinasional
Sejumlah studi menunjukkan bahwa sistem yang digunakan banyak perusahaan multinasional untuk mengendalikan operasi luar negerinya dalam banyak hal sama dengan yang digunakan secaara domestik. Bagian-bagian sistem yang umumnya dikirim keluar meliputi kontrol keuangan dan anggaran serta kecenderungan untuk menerapkan standar yang sama yang dikembangkan untuk mengevaluasi operasi domestik. Dalam sebuah makalah yang  saat ini terbilang klasik, David Hawkins menawarkan empat alasan dasar untuk hal ini :
1.     Pertimbangan control keuangan jarang sekali merupakan sesuatu yang penting dalam tahap-tahap awal pendirian operasi luar negeri.
2.     Umumnya akan lebih murah untuk menggunakan sistem domestic daripada harus membuaat dari awal keseluruhan system yang dirancang untuk operasi luar negeri.
3.    Untuk menyederhanakan penyusunan dan analisis laporan keuangan konsolidasi, pihak kontroloer perusahaan harus menegaskan bahwa seluruh anak perushaan yang beroperasi menggunakan format dan daftar yang sama untuk mencatat dan mrngirimkan data keuangan dan operasi.
4.     Mantan eksekutif domestic yang bekerja pada operasi luar negeri dan atasan perusahaan mereka akan lebih nyaman jika mereka dapat terus menggunkan sebanyak mungkin system pengendalian domestic, umumnya karena mereka mencapai tingkatan manajemen tertinggi dengan menguasai system domestik.
Perbadaan lingkungan memiliki pengaruh potensial tidak terbatas atas proses pengendalian keuangan. Perbedaan budaya, perbedaan lintas budaya dalam perilaku terhadap risiko dan kekuasaan, perbedaan dalam tingkat pencapaian kebutuhan dan atribut budaya lainnya sering kali menghasilkan konsekuensi yang buruk berupa;
1.     Arahan yang disalah artikan
2.     Toleransi yang rendah terhadap kritik
3.     Ketidakmauan dalam membahas masalah-masalah bisnis secara terbuka atau mencari bantuan
4.     Hilangnya rasa percaya diri para manajer luar negeri
5.     Ketidakmauan untuk mendelegasikan kekuasaan, dan
6.     Keengganan untuk mengambil tanggung jawab.
Laju inflasi internal dan nilai mata uang yang berfluktuasi merupakan hal yang sangat penting, dan sistem pengendalian perusahaan harus menyadari keberadaan dua hal tersebut.
Penganggaran Operasional
Kinerja keuangan suatu operasi luar negeri dapat diukur dalam mata uang lokal, mata uang negara asal, atau kedua-duanya. Mata uang yang digunakan dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada saat menilai kinerja suatu unit luar negeri dan manajemennya. Nilai mata uang yang berfluktuasi dapat mengubah laba (ketika diukur dalam mata uang lokal) menjadi kerugian (ketika dinyatakan dalam mata uang negara asal).
Tiga kurs yng mungkin dapat digunakan ketika menyusun draft anggaran operasional pada awal periode :
1.     Kurs spot yang berlaku ketika anggaran disusun
2.     Suatu kurs yang diperkirakan akan berlaku pada akhir periode anggaran (kurs proyeksi)
3.     Kurs pada akhir periode jika anggaran disesuaikan jika kurs berubah (kurs penutupan).
Kurs yang sebanding dapat digunakan untuk melacak kinerja relatif terhadap anggaran. Jika kombinasi kurs yang berbeda digunakan untuk menyusun anggaran dan untuk melacak kinerja, hal ini akan menimbulkan perbedaan alokasi tanggung jawab terhadap perubahan kurs dan menyebabkan kemungkinan respons manajemen yang berbeda. Misalkan beberapa kemungkinan tersebut :
1.     Anggaran dan pelacakan kinerja berdasarkan kurs spot awal.
2.     Anggaran pada kurs akhir (yang telah disesuaikan) dan pelacakan berdasarkan kurs penutupan.
3.     Pengnggaran berdasarkan kurs awal dan pelacakan berdasarkan kurs penutupan.
4.     Anggaran dan pelacakan kinerja menggunakan proyeksi kurs.
5.     Anggaran berdasarkan kurs proyeksi dan pelacakan berdasarkan kurs penutupan.

Sebagai contoh, asumsikan hal berikut ini: (LC = mata uang lokal)



Jika proyeksi kurs yang digunakan untuk mengawasi kinerja, hasil dalam dolar adalah sebesar $500.000 (LC1.000.000 x $0,50) atau $100.00 di atas anggaran. Manajer terlihat bekerja dengan baik. Namun, jika kurs aktual akhir periode yang digumakan, hasilnya adalah $250.000 (LC1.000.000 x $0,25) atau $150.000 di bawah angaran. Manajer terlihat bekerja kurang baik.dengan penggunaan proyeksi kurs dalam anggaran akan mendorong manajer untuk memasukkan perkiraan pergerakan kurs dlam keputusan operasinya. Penggunaan proyeksi kurs untuk mengawasi kinerja, pada gilirannya akan melindungi manajer lokal dari perubahan kurs yang tidak diantisipasi yang tida dapat mereka kendalikan. Juga perlindungan terhadap risiko kurs dapat dikoordinasikan pada tingkatan perusahaan.

ANALISIS PERUBAHAN KURS    
Dari sudut pandang perusahaan afiliasi, varians kinerja diukur dalam mata uang lokal dan mencerminkan perbedaan antara angka menurut anggaran dan angka aktual untuk masing-masing pos dalam laporan laba rugi. Varians pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan dapat dipisahkan menjadi varians harga (biaya) dan volume. Varians dalam pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan yang teratribusi atas perubahan harga (biaya) selama periode anggaran diperoleh dengan mengalihkan jumlah aktual unit yang dijual dengan perubahan harga penjualan (biaya produksi).
Apabila kinerja suatu perusahaan di evaluasi dari sudut pandang induk perusahaan, pertama-tama hasil dalam mata uang lokal ditranslasikan menjadi mata uang induk perusahaan.
Melalui pendekatan ini, varians volume dan harga atas penjualan dan harga penjualan akan mencerminkan varians yang dihitung berdasarkan sudut pandang perusahaan lokal. Pengaruh perubahan kurs dihitung dengan mengalikan hasil aktual yang dilaporkan dalam mata uang induk perusahaan dengan perubahan kurs selama peride anggaran.
Fenomena translasi mata uang yang disebabkan oleh melemahnya mata uang lokal relative terhadap mata uang pelaporan merupakan penyebab utama terjadinya hasil operasi yang buruk.
PENENTUAN BIAYA STRATEGIS
Apabila sistem penentuan biaya produk dan standar secara tradisional telah memainkan peran utama dalam pengendalian biaya, beberapa perusahaan Jepang telah memperkenalkan konsep biaya yang menekankan strategi manufaktur global mereka. Dalam pelaksanaannya, mereka telah meningkatkan proses pengendalian biaya dan yang lebih penting lagi, telah menciptakan kaitan langsung antara praktik manajemen akuntansi dengan tujuan perusahaan.
Ketika mengendalikan biaya pada tahap manufaktur, banyak perusahaan di seluruh dunia menggunakan sistem penentuan biaya standar yang pada dasarnya memperkirakan berapa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan harga jual yang memadai. Biaya produksi actual kemudian dibandingkan dengan estimasi biaya. Varians yang timbul antara biaya standar dan biaya aktual dianalisis sebagai dasar untuk tindakan korektif dalam proses produksi atau pengadaan. Proses ini dianggap sebagai model penentuan harga berbasis biaya.
Sebaliknya, banyak perusahaan Jepang menggunakan metode penentuan biaya berbasis harga. Selain dikenal sebagai penentuan target biaya, metodelogi penentuan biaya strategis ini didasarkan pada anggapan untuk merancang dan membangun produk dengan harga yang dimaksudkan untuk memperoleh keberhasilan pasar. Konsep penentuan biaya strategi lainnya yang diperkenalkan oleh Jepang adalah penentuan harga perilaku. Dalam sistem penentuan biaya proses, overhead diterapkan terhadap barang atau jasa rutin dengan menggunakan suatu tarif penerapan overhead. Dari sudut pandang akuntansi biaya tradisional, overhead manufaktur dialokasikan terhadap produk menurut dasar sebab-akibat. Terlepas dari intensitas modal dari kebanyakkan perusahaan manufaktur Jepang, penggunaan tenaga kerja langsung sebagai dasar alokasi untuk menetapkan biaya overhead masih terus berlanjut. Praktik ini mendorong manajer produksi untuk mengurangi dan bukan hanya mengakumulasi biaya (yaitu mendorong otomatisasi). Seorang manajer produksi yang berharap untuk mengurangi beban overhead ini termotivasi untuk mengganti modal dengan tenaga kerja.

Penentuan Biaya Standar versus Keizen
Konsep Biaya Standar
Konsep Biaya Keizen
Pengendalian biaya
Pengurangan biaya
Diterapkan pada kondisi manufaktur yang ada
Diterapkan pada perbaikan manufaktur secara terus-menerus
Tujuan : kesesuaian dengan standar kinerja
Tujuan : mencapai target pengurangan biaya
Standar ditentukan tiap tahun
Target pengurangan biaya ditentukan setiap bulam
Perbaikan terus-menerus dalam metode manufaktur untuk mencapai target biaya
Analisis varians didasarkan pada actual vs standar
Analisis varians didasarkan pada pengurangan biaya secara konstan
Melakukan investigasi apabila standar tidak terpenuhi
Melakukan investigasi jika target biaya tidak tercapai

EVALUASI KINERJA OPERASI LUAR NEGERI
Mengevaluasi kinerja merupakan pusat dari sistem pengendalian yang efektif. Sistem evaluasi kinerja yang dirancang dengan tepat memungkinkan manajemen puncak untuk ; (1) mempertimbangkan profitabilitas opera yang ada, (2) menentukan area yang memiliki kinerja tidak seperti yang diharapkan, (3) mengalokasikan sumber-sumber daya perusahaan yang terbatas dengan produktif, (4) mengevaluasi kinerja manajemen, dan yang paling penting, (5) memastikan perilaku manajemen konsisten dengan prioritas strategi. Mengembangkan suatu sistem evaluasi kinerja yang efektif lebih tepat dikatakan sebagai suatu seni daripada sebagai ilmu. Kerumitannya semakin meningkat untuk operasi luar negeri. Evauasi kinerja untuk operasi luar negeri harus berhubungan dengan kerumitan seperti volatilitas kurs, inflasi luar negeri, harga transfer, budaya nasional yang berbeda, dan sejumlah pengaruh lingkungan lainnya. Jika faktor-faktor ini diabaikan, kantor pusat menghadapi risiko untuk menerima ukuran-ukuran hasil operasi yang terdistorsi. Standar kinerja yang kurang tepat mungkin meotivasi manajer luar negeri untuk mengambill tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Konsekuensi langsung yang timbul adalah berkurangnya efisiensi perusahaan dan kemungkinan berkurangnya daya saing.
Konsistensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan utama evaluasi kinerja adalah untuk memastikan profitabilitas. Namun demikian, terdapat potensi untuk terjadinya konflik apabila sistem evaluasi kinerja tidak sesuai dengan sifat khusus operasi luar negeri yang mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari laba jangka pendek. Demikian pula, penekanan pada profitabilitas  dan efisiensi jangka pendek dapat mengalihkan perhatian dan strategi perusahaan dan manufaktur yang penting dan meniadakan karyawan perusahaan. Berdasarkan keunikan misi tiap-tiap anak perusahaan luar negeri, sistem evaluasi kinerja harus memungkinkan bagaimana tujuan anak perusahaan sesuai dengan keseluruhan tujuan perusahaan.
Kinerja Unit versus Manajemen
KONTROLER A: Menurut saya, sebaiknya secara umum kits memerhatikan kinerja manajer dan unit sebagai satu kesatuan. Operasi unit luar merupakan tanggung jawab manajer dan bagaimana unit itu berjalan cukup berkaitan dengan evaluasinya.
KONTROLER B: Evaluasi terhadap seorang manajer sangat berkaitan dengan apa yang dicapai dan dibandingkan dengan anggarannya, karena dialah yang mengajukan anggaran itu,yang disetujui oleh kantor eksekutif dan anggaran ini merupakan rencana kerja untuk tahun yang mendatang. Sekarang ketika mengevaluasi apakah unit di bawahnya merupakan unit yang ingin tetap dipertahankan atau ditambah dengan investigasi atau apakah kita harus mencari alternative lain, pengembalian atas investasi menjadi faktor penentu yang signifikan.
Haruskah kita memisahkan antara kinerja unit dan kinerja manajer ketika melakukan evaluasi terhadap suatu operasi luar negeri? Meskipun beberapa orang yakin bahwa tidak ada pemisahan, posisi ini dapat dipertahankan dalam beberapa kondisi tertentu.
Tindakan beberapa pihak, masing-masing dengan kepentingan yang berbeda terhadpa hasilnya, dapat mempengaruhi kinerja operasi luar negeri. Pihal-pihak ini meliputi (tetapi tidak terbatas pada) manajemen local, manajemen kantor pusat, pemerintah Negara penerima dan pemerintah Negara induk perusahaaan.
Manajer local dengan jelas memengaruhi laba yang dilaporkan melalui keputusan operasi. Keputusan yang dibuat oleh kantor pusat juga memengaruhi laba luar negeri. Sebagai contoh, untuk melindungi nilai aktiva yang terletak pada Negara yang rentan terhadap devaluasi, bagian treasuri perusahaan sering kali mengintruksikan unit luar negeri untuk mengirimkan dana kepada anak perusahaan yang berlokasi di Negara dengan nilai mata uang yang kuat.
Tindakan dan kebijakan pemerintah Negara tuan rumah juga secara langsung memengarugi hasil yang dilaporkan dari suatu anak perusahaan asing. Rasio ketentuan kapitalisasi minimum di berbagai Negara sering kali memperbesar nilai investasi yang menjadi dasar perbandingan laba. Kontrol valuta asing yang menbatasi ketersediaan mata uang asing untuk membayar impor yang diperlukan sering kali akan menekan kinerja anak perusahaan. Kontrol gaji dan harga juga dapat merusak kinerja yang dilaporka oleh manajer lokal.
Kriteria Kinerja
Kelihatannya criteria tunggal tidak dapat menampung seluruh faktor kinerja yang menjadi perhatian manajemen kantor pusat. Dua dari criteria kinerja keuangan yang peling banyak digunakan oleh MNC ketika mengevaluasi operasi luar negeri adalah pengembalian atas investasi (return on investment-ROI) dan kinerja yang dianggarkan. ROI menghubungkan laba perusahaan menurut dasar investasi tertentu; kinerja yang dianggarkan membandingkan kinerja operasi dengan anggaran. Pengendalian anggaran berarti setiap perbedaan antara anggaran dan kinerja actual dapat dilacak kepada manajer atau unit yang bertanggung jawab. Sebuah studi klasik menunjukkan bahwa pengendalian anggaran lebih baik daripada perbandingan ROI pada saat digunakan untuk mengevalusi kinerja manajeman. Ukuran ROI mungkin lebih tepat untuk mengukur kinerja unit, sedangkan perbandingan anggaran mungkin lebih bermanfaat dalam mengevaluasi manajer.
Dalam sebuah studi evaluasi oleh Business International sebelumnya, baik MNC dari AS dan non-AS yang diteliti menyatakan bahwa criteria keuangan paling penting yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja unit-unit luar negeri adalah laba yang dianggarkan versus laba actual, baru diikuti oleh ROI. Juga yang dianggap relative penting adalah penjualan yang dianggarkan versus penjualan aktual, pengembalian atas penjualan, pengembalian atas aktiva, pengembalian atas investasi yang dianggarkan versus actual, dan arus kas operasi. Namun demikian, untuk arus kas perusahaan multinasional di AS cenderung untuk menekan arus kas untuk induk perusahaan, sedangkan perusahaan multinasional non-AS lebih menyukai arus kas untuk anak perusahaan luar negeri. Hal yang menarik adalah kedua kelompok memberikan perhatian yang kecil terhadap istilah laba sisa yang direkomendasikan dalam literatur.
Banyak perusahaan yang tidak membatasi criteria pengukuran sebatas pada faktor-faktor keuangan. Kriteria nonkeuangan Menekan ukuran keuangan dengan memberikan perhatian terhadap tindakan-tindakan yang mungkin secara signifikan memengaruhi kinerja jangka panjang. Kriteria ini sangat penting khususya dalam memisahkan kinerja manajemen dan unit.
Ukuran-ukuran nonkeuangan yang penting mencangkup pangsa pasar, inovasi produk dan proses, pengembangan personalia (terkait dalam hal jumlah orang yang dipromosikan relative terhadap jumlah orang yang dapat dipromosikan) dan moral karyawan (yang ditentukan berdasarkan survey pendapat internal) dan ukuran produktivitas. Yang tidak dapat dianggap kurang penting adalah kinerja dalam tanggung jawab social dan hubungan dengan pemerintah Negara tuan rumah. Faktor-faktor nonkeuangan tersebut sangat penting untuk memastikan berkelanjutannya keberhasilan di luar negeri.
Isu Pengukuran dan Perubahan Harga dalam Evaluasi
Perancang sistem evaluasi untuk operasi luar negeri juga harus menghadapi isu pengukuran akuntansi. Apakah nilai aktiva dalam mata uang local harus disesuaikan terhadap perubahan harga jika inflasi merupakan faktor pendorong yang signifikan? Penyajian ulang seperti itu akan memengaruhi secara langsung pengukuran berbagai komponen ROI dan statistic kinerja untuk evaluasi anggaran dan kinerja. Sebagai contoh, tidak tercatatnya inflasi pada umumnya akan menilai lebih tinggi ukuran-ukuran pengembalian atas investasi. Akibatnya, sumber daya perusahaan mungkin idak diarahkan untuk penggunaan yang paling menjanjikan di dalam perusahaan.
PRAKTIK EVALUASI KINERJA: ICI
Selama masa embargo minyak pada awal tahun1970-an, harga minyak yang merupakan salah satu bahan mentah utama ICI meningkat sebanyak 5 kali lipat dalam 1 tahun. Akibatnya, manajemen puncak diinformasikan babhwa tingkat pengembalian sebasar 50 persen saja tidaklah cukup.
Pengamatan atas pengaruh inflasi terhadap akun-akun historis mengungkapkan enam konsekuensi negatif;
1.     Harga pokok penjualan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan penjuala kini,
2.     Modal yang digunakan dinilai lebih rendah terkait dengan nilai kini,
3.     Sebagai akibat dari (1) dan (2), pengembalian atas modal di nilai lebih tinggi secara ganda,
4.     Perbandingan kinerja divisi yang didasarkan pada aktiva serupa dengan umum yang berbeda merupakan sesuatu yang tidak tepat,
5.     Perbandingan kinerja anak perusahaan anternegara tidak bermakna,
6.     Perbandingan kinerja antarwaktu tidak valid.
Untuk menghilangkan distorsi ini, ICI menetapkan penyesuaian biaya kini (current cost adjustment-CCA) ke dalamsistem pelaporan internal. Menurut seorang juru bicara perusahaan, hal ini akan memberikan alat manajemen utama yang sangat diperlukan.
Pengaruh Mata Uang Asing
Pengaruh ekonomi yang ditumbuhkan oleh perubahan kurs terhadap kinerja dapat lebih besar daripada yang terihat melalui ukuran akuntansi saja. Untuk dapat menganalisis dengan  lebih lengkap pengaruh inflasi dan volatilitas mata uang, dan memperkuat kemampuan untuk berekasi, perusahaan perlu untuk menganallisis posisi pasar kompetitif dan pengaruh perubahan mata uang terhadap biaya dan pendapatan dan terhadap persaingan.
ICI yakin bahwa perubahan kurs memiliki pengaruh lebih besar daripada yang dapat dijelaskan oleh ukuran akuntansi. ICI menemukan bahwa analisis lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pengaruh riil fluktuasi keuangan terhadap kinerja, untuk memberikan reaksi yang efektif dan untuk menentukan seberapa jauh manajer local dianggap bertanggung jawab untuk melindungi laba yang dianggarkan dalam poundstrerling.
Untuk mecapai tujuan ini, ICI melihat mata uang dimana harga dan pendapatannya meningkat bila dibandingkan dengan para pesaingnya.
STANDAR KINERJA
Suatu perusahaan mungkin telah memiliki beberapa standar dalam lingkup perusahaan, seperti tingkat ROI minimum yang diminta, yang berlaku untuk anak perusahaan sendiri-sendiri atau untuk lini produk; atau perusahaan dapat menentukan tingkat ROI berbeda atau acuan lain (seperti margin kotor) untuk anak perusahaan atau lini produk yang  berbeda. Standar ini dapat disatukan ke dalam anggaran dan kemudian dapat dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Kinerja juga dapat diukur antarwaktu. Perusahaan dapat menetapkan peningkatan resmi dalam resiko tertentu atau laba. kinerja masa lalu biasanya signifikan digunakan untuk membuat anggaran periode berikutnya. Akhirnya, perusahaan dapat membandingkan kinerja luar negerinya sendiri dengan kinerja para pesaing atau membandingkan satu unitnya sendiri dengan unit yang lain.
Berikut ini adalah beberapa masukan yang mungkin menjadi tuntutan bermanfaat bagi mereka yang mengevaluasi hasil operasi luar negeri:
1.   Anak perusahaan luar neggeri harusnya tidak dievaluasi sebagai pusat laba independen apabila menjadi komponen strategis dari suatu sistem multinasional.
2.   Criteria pengembalian atas investasi perusahaan harus di lengkapi dengan ukuran-ukuran kinerja yang diarahkan untuk tujuan-tujuan dan lingkungan tertentu masing-masing unit luar negeri.
3.   Tujuan tertentu yang mempertimbangkan lingkungan interna dan eksternal masing-masing anak perusahaan harus dimasukkann ke dalam anggaran kinerja.
4.   Kinerja anak perusahaan dievaluasi dalam hal apakah terdpat penyimpangan dari tujuannya, alasan penyimpangan dan respons manajemen terhadap perkembangan yang tak terduga.
5.   Manajer anak perusahaan harusnya tidak bertanggung jawab untuk hasil-hasil yang berada di luar kendali mereka (baik di Negara asal maupun di luar negeri).
6.   Manajer anak perusahaan yang kinerjanya diukur harus berpartisipasi penuh dalam menentukan tujuan-tujuan yang akan digunakan untuk menilai mereka.
7.   Berbagai ukuran kinerja, baik financial maupun nonfinansial, harus digunakan ketika mengevaluasi operasi luar negeri.
Daftar Pustaka

Choi, Frederick D. S., dan Gary K. Meek, “INTERNATIOMAL ACCOUNTING – Akuntansi Internasional”, Buku 2 - Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon komentarnya :-)